Sabtu, 10 Oktober 2020
Jumat, 09 Oktober 2020
Orang Tua Gak Sempat, Pengasuhan Anak Dapat Memanfaatkan Privat
AMMA - Pengasuhan anak, bagi para orang tua yang tidak memiliki pengasuh anak khusus (baby sitter) di rumah, terutama tatkala orang tua tidak berada di rumah, seperti sedang di tempat kerja, terkadang menjadi kesulitan tersendiri.
Ada sejumlah cara untuk penanganan hal seperti ini, salah satunya adalah dengan teknis, mengisi seluruh waktu kosong anak, dengan jadwal belajar privat atau les. Walau terkesan kejam, tetapi inilah pilihan yang dapat dilakukan.
Jadwal privat tersebut, tentu saja terkait dengan mekanisme penyelenggara atau guru privat sendiri. Tetapi diharapkan dapat mengganti peran orang tua, selama belum kembali, atau belum dapat memantau langsung dalam pengasuhan kita selaku orang tua.
Teknis ini dapat dilakukan apabila memenuhi unsur bahwa anak kita sedang sekolah di lembaga Prasekolah, 4-6 tahun umpama, selambatnya usia SD, anak juga merasa nyaman dengan program privat tersebut, serta guru privat memiliki keluangan waktu yang sama. Barulah ada titik temu.
Persoalan kualifikasi guru yang dipilih untuk privat sendiri, memang menjadi masalah tersendiri. Sebagai orang tua kita tentu memiliki harapan guru berkualifikasi, tersertifikasi, serta memenuhi syarat selaku orang dewasa, yang memerankan fungsi sebagai orang tua di antaranya.
Tetapi hal ini akan kembali pada kesepakatan, kesempatan, kemauan, minat, kemampuan orang tua dan peluang waktu yang tersedia pada guru tersebut. Setelah prosedur perjanjian dipenuhi kedua belah pihak.
Persoalan pengasuhan anak kita yang menekankan pada terjaga keseluruhan waktu, sekaligus memberi pembinaan anak kita secara tidak langsung, ada baiknya memilih kerjasama privat dengan guru anak kita langsung, pada berbagai lembaga tersebut. Tetapi bila kesulitan dapat memanfaatkan jasa lembaga penyelenggara les privat.
Privat dengan gurunya langsung, akan memudahkan proses privat terhadap anak kita. Misalnya dapat diisi dengan review pelajaran sekolah atau persiapan pembelajaran yang akan dilakukan. Dimana tahap ini seharusnya efektif berjalan pembinaan di rumah, oleh orang tua.
Keuntungan lain, akan terjaga kedekatan anak dengan gurunya. Pada sisi lain, kita dapat memberi perhatian material atau lain sebagainya kepada guru sebagai tanda terima kasih juga tidak tanggung dan rikuh.
Hal lain yang bersifat khusus, orang tua dapat menyampaikan informasi bahwa pengisian privat anak, sekaligus untuk menjaga anak pada rentang waktu yang belum terpantau langsung oleh orang tuanya. Ini penting, untuk kesepahaman.***
Artikel ini pernah tayang di ucweb.com 2018/07/17
Sungguh Mengagumkan! Belajar dari Ubi yang Unik
Umumnya kita melihat, antara pohon, daun, bunga, buah atau manfaat utama tanaman, apapun, selaras dan sesuai mengikuti karakter umum pohon tersebut.
Sebagai contoh, untuk jenis ubi, misalnya ubi jalar. Antara ubinya walau tidak terlihat, karena dalam tanah, dengan pohon, daun dan bunga relevan. Ubi yang kekuning-kuningan, daun, tangkai, pohon, ubinya pun berwarna sama. Begitu juga yang berwarna lain. Jadi selaras, senada.
Tetapi, apabila kita mencoba mengamati tanaman ubi jenis ketela pohon, yang sudah terbukti tanaman Ganyong dan Singkong, ternyata amat berbeda. Ia tidak mengikuti hukum keselarasan. Seolah melawan hukum sejarah.
Ketidaksesuaian ini, menurut saya sesuatu yang spesial, unik, aneh dan ironis. Ubian tersebut, ternyata hidup secara ironi. Ironi, keanehan dari ketidak-konsistenan antara yang nampak, dan yang terpendam. Terutama pada warna kulit dalam ubinya dengan karakter umum tanaman tersebut. Ganyong, begitu juga Singkong karakter merah, warna ubinya putih. Sebaliknya, yang berkarakter putih (kehijau-hijauan), ubinya merah. Inilah salah satu keanehannya.
Saya menduga, untuk jenis ubian lainnya, yang memiliki karakter tersebut berjenis ubi kayu, ketela pohon, sepertinya akan mengalami hal yang sama. Ia hidup secara ironi. Ironi ini merupakan rahasia Tuhan, sebagai Sang Pencipta.
Anehnya lagi, tumbuhan yang pohonnya tegak yang berkarakter seperti ini, kalau dalam kasus tanaman lain, justru termasuk pohon konsisten, tidak berlaku, atau penyimpangan untuk ubi ini. Sebab kalau dibandingkan, untuk ubian berkarakter tanaman rambatan, tidak berlaku. Rupanya, tegak pohon, tidak menggambarkan karakter ubinya, yang tersembunyi di dalam tanah, yang sama tegak konsisten.
Begitulah pelajaran dalam kehidupan. Bahwa apa yang nampak dalam penampilan fisik, atau pertanda lain yang dapat diamati langsung, belum tentu sesuai dengan keadaan hal tersebut, yang masih belum nampaknya. Bisa jadi amat berbeda kontras.
Selebihnya, betapa Tuhan telah menunjukan sesuatu yang terlihat putih, misalnya, tidak selamanya putih pula, untuk apa yang ada di dalamnya. Atau komponen utama tanaman, yang tidak tampak langsung. Kasus ubi, dalam hal ini. Lha, menjadi isyarat kita harus hati-hati dalam memberi penilaian pada sesuatu. Sangat wow.
Pembaca, mungkin Anda menemukan atau mengalami hal yang lain, yang berbeda? Silahkan berbagi.***
Artikel ini pernah tayang di ucweb.com 2018/04/23